Kasmaran Pada Burdah

Standar

Sebenarnya bagi kalangan islam tradisional seperti saya, qasidah burdah adalah lantunan sehari-hari sebagaimana dziba’, barzanji, manaqib dan seterusnya. Qasidah-qasidah ini dilantunkan dengan lagu atau irama yang disesuaikan dengan bait-baitnya.

Di wilayah pedesaan biasanya para ibu dan remaja putri membentuk majlis-majlis rutin untuk membaca qasidah-qasidah ini dengan di musholla atau “langgar” mereka dengan menggunakan pengeras suara. Bagi mereka selain sebagai ibadah, majlis ini juga adalah kesempatan berekreasi dan berkreasi dengan lagu-lagu qasidah serta sebagai sarana bersosialisasi di kampung mereka. Lagu-lagu yang dipakai untuk melantunkan qasidah ini juga beragam dan terkadang juga mengikuti irama lagu kontemporer seperti lagu-lagunya rhoma irama, elvy sukaesih, siti nurhalizah, bahkan terkadang mengkreasi irama dari lagu dangdut koplo untuk membaca qasidah shalawat ini. Dulu pada era 80-an terkenal sekali ada group ibu-ibu muda dari Semarang bernama “Nasida Ria” yang irama lagu-lagunya menginspirasi pembacaan dziba’, barzanji, burdah, manaqib dst ini. Selain itu konten atau isi dari lagu-lagu nasida ria ini juga “futuristik” tentang tantangan zaman yang harus dihadapi dengan ilmu dan iman sehingga para ibu harus menyiapkan generasi mendatang dengan sungguh-sungguh.

Suka ria membaca dziba’, manaqib, barzanji dst ini adalah suasana pedesaan yang berkultur islam tradisional terasa  syahdu terutama pada malam jum’at. Saat dewasa dan telah pindah di kota malang ini saya tinggal di kompleks perumahan “modern” yang masjidnya jarang “berisik” oleh lantunan shalawat. tapi saya bersyukur lamat-lamat di malam jumat terdengar dziba’ remaja-remaja pria dari dusun di luar kompleks sehingga rindu pada “berisik”nya para remaja membaca shalawat.

Kembali soal burdah, qasidah ini diciptakan oleh Imam Al Bushiri yang nama lengkapnya adalah Syarifudin Abu Abdillah Muhammad Bin Zaid Al Bushiri dari Mesir.  Ia hidup pada tahun 610-698 H/ 1213-1296 M dan merupakan murid dari Imam assyadzili yakni pemimpin thoriqoh Syadziliyah yang yang sangat terkenal itu. maka tak heran penganut syadziliyah juga sangat akrab dengan burdah ini.  Qasidah ini berisi 160 bait ungkapan rindu teramat sangat, puji-pujian ke kanjeng nabi, doa, pesan moral dan seterusnya.

Ada sepuluh (10) bagian dalam burdah ini yang masing-masing memiliki tema. bagian pertama adalah yang paling saya suka. tiap baitnya seperti mengandung daya magis yang membuat pembacanya berlinang air mata mengenang kanjeng nabi dan menghayatinya dengan rasa cinta. yach, jujur pada bagian pertama ini kadang saya menghayatinya secara dangkal yakni seperti orang kasmaran, rindu dan patah hati karena selalu ingin bertemu dengan kekasihnya. namun justru dari kedangkalan pikiranku itu saya temukan betapa penulisnya menghayati rasa cinta ke kanjeng nabi ini secara gambaran cinta  manusia “biasa” sekaligus secara mendalam dalam cinta yang “tidak biasa”. Sungguh pilihan kata yang penuh daya magis dari cinta…

Dalam sebuah perjalanan ziarah di madinah tahun 2009 guru saya bercerita tentang salah bait burdah bagian pertama yakni: Na’am saro thoifu man ahwa faarroqoni#walhubbu ya’taridlu ladzati bilalami  banyak dipercaya bahwa mengamalkan bacaan bait ini dengan sungguh-sungguh dan memohon bertemu dengan kanjeng rosul dan beberapa diantara mereka kemudian bertemu dalam mimpi dengan kanjeng nabi muhammad SAW. Entah apakah benar karena amalan bait tersebut atau hal lainya, wallahu a’lam. Demikian pula bait-bait lainnya memiliki kisah-kisah ajaib tentang terkabulnya doa atau hajat.

Bagi saya, tanpa kisah ajaib apapun, mengahayati makna syair-syair burdah khususnya bagian pertama ini sudah seperti membaca kisah cinta abadi nan suci. seperti cinta yang penuh derita namun sekaligus sangat bahagia yang bahagianya tak akan dipahami oleh orang yang tak mengenal cinta.  Begitu pedihnya orang yang merindu dan tak tau malu atas rindunya tersebut hingga memohon agar dimaklumi dan tak dipermalukan atas membuncahnya kerinduan tersebut, hingga air mata ini meleleh begitu saja membayangkan betapa imam bushiri ini menuliskan cintanya yang begitu rupa pada kanjeng nabi teramat bagitu rupa…

Disini bisa kita nikmati perasaan betapa orang yang kasmaran itu sangat merindukan pertemuan dengan orang yang dikasihi. Pertemuan yang pernah terjadi diantara seseorang yang kasmaran terhadap orang yang dicintai (kanjeng nabi) senantiasa menjadi kenangan sekaligus keyakinan bahwa itu adalah pertanda adanya pertemuan-pertemuan berikutnya. Dan romantisme alam, jalan dan tempat-tempat bersejarah  sepanjang perjalanan makkah madinah seperti Dzi salam (suatu tempat antara makkah madinah), kadzimah (nama jalan menuju makkah), idzom (jurang di madinah), pepohonan ban dan juga ranting-rantingnya menjadi semacam kenangan yang berbeda saat orang kasmaran memandang segala sesuatu yang biasa saja bagi orang yang tidak sedang kasmaran.

Fama liaynaika in qultakfufa hamata#wa ma liqolbika in qultastaqif yahimi. mengapa kedua matamu mengalirkan air mata begitu saja, apa yang terjadi pada hatimu, padahal engkau telah berusaha menghiburnya?. Bait ini senantiasa memberi sensasi buat saya, bahwa bagaimanapun orang kasmaran menghibur hatinya maka matanya tak dapat menyembunyikan api asmara yang penuh rindu sehingga air mata begitu saja meleleh tiap terkenang sang kekasih baik itu kenangan indah maupun kenangan nestapa dari sang kekasih.

Imam bushiri ini juga membuatku tersenyum di akhir bait bagian pertama ini ketika ia curiga pada ubannya yang mencela perasaan cintanya namun sekaligus yakin itu  tak mungkin melainkan ketulusan dalam warna ubannya tersebut.

Maha Suci Alloh, Segala puji bagi Alloh, yang telah memberiku kesempatan menikmati kasmaran imam bushiri dalam burdah bagian pertama ini… melalui bait-bait puisi terindah sepanjang masa, dalam bahasa teromantis sedunia, dalam situasi penih cinta sejati kekal abadi…   Semoga desir cinta dan kerinduan  imam bushiri ini terekam dalam tubuh dan segenap aliran darah kita menyebut nama kekasih manusia terindah sepanjang masa. Semoga kita semua adalah ummat kanjeng nabi muhammad yang dapat merasakan cinta kasih beliau kepada kita, ummatnya… aamiin.

Tinggalkan komentar